Wednesday, October 31, 2012

PENGAMATAN BINTIL AKAR


Judul              : Pengamatan Bakterioid Pada Bintil Akar Kacang-Kacangan.

Bahan             : 1. Bintil akar tanaman buncis ( Phaseolus vulgaris ), kacang hijau ( Vigna radiata )
                          2. Alkohol 70%
                          3. H2O2
                          4. Aquades
                          5. Pewarna karbon fauchsin.

Alat                 : 1. Objek Glass
                          2. Mikroskop
                          3. Lampu Bunsen
                          4. Pisau Silet
                          5. Pinset
                          6. Petridish
                          7. Botol Semprot

Tuesday, October 30, 2012

CARA TERNAK IKAN GURAME



Pembenihan Ikan Gurami
Maret 29, 2009 in Ikan | Tags: gurami, Ikan, pembenihan
Ikan gurami banyak dikembangkan oleh petani. Selain karena permintaan pasar cukup tinggi, ikan gurami mudah dipelihara dan harganya relatif stabil.
Ikan gurami pada dasarnya dapat memijah sepanjang tahun. Tapi produktifitasnya lebih tinggi  pada musim kemarau.  Kualitas air untuk  pemijahan yang baik adalah bersuhu 25-30 oC dan pH-nya berkisar 6,5 – 8,0.   Ketinggian air kolam 40 – 60 cm dengan laju pergantian air 10-15 % per hari.
Induk jantan mempunyai ciri berupa benjolan di kepala bagian atas. Selain itu, rahang bagian bawah lebih tebal dan tidak ada  bintik hitam pada kelopak sirip dada. Sedangkan  induk betina bentuk kepala bagian atasnya datar. Rahang bawahnya tipis dan ada bintik hitam pada kelopak sirip dada.
Pemijahan
Induk ditebar dengan kepadatan 1 ekor tiap 5 m2. Perbandingan jumlah jantan dan betina  1:3-4. Induk betina dapat memproduksi 1500 sampai dengan 2500 butir telur tiap kg berat induk.

PEMBUATAN TEH KOMBUCHA



Pembuatan Teh Kombucha


Bahan              :
1.      1 Kg Bonggol Pisang / bubuk teh 1 kotak  / dan wortel 1 kg
2.      Gula 1 ons
3.      Air
4.      Starter
5.      Alkohol

Alat                 :
1.      Blender
2.      Botol Kultur
3.      Saringan
4.      Sendok
5.      Kain serbet

Prosedur          :
1.      Memotong bonggol pisang barangan sesuai dengan kebutuhan , kemudian dicuci sampai bersih
2.      Bonggol pisang yang telah bersih tadi diris-iris halus , masukkan dalam wadah,

Monday, October 29, 2012

PEMBUATAN NATA DE COCO

Pembuatan Nata de Coco











Tujuan             = Mengetahui Pembuatan Nata De Coco
Bahan              =          Air Kelapa                   = 500 ml
                                    Gula Pasir                    = 5 gr
                                    ZA                               = 2,5 gr
                                    Asam Sulfat 96%        = 5 ml
                                    Starter                                     = 50 ml

MODUL LATIHAN PESERTA OLIMPIADE BIOLOGI DAN MODUL TAMBAHAN

Modul Latihan Peserta Olimpiade Biologi dan Modul Tambahan


   Berikut ini adalah modul-modul untuk latihan yang dikumpulkan setingkat wilayah tahun sebelumnya. Semoga dapat bermanfaat untuk kita yang ingin berhasil.

1. Unduh Biologi-Sel-Dan-Genetika-2011

2.  Unduh Biologi Seleksi ONMIPA Tingkat  Wilayah 2015

3. Unduh Biologi Seleksi ONMIPA TIngkat Wilayah 2016

4. Unduh File Botani 2011

5. Unduh Mikrobiologi-Ekologi-dan Evolusi 2011

6. Unduh Zoologi 2011

 Modul Tambahan lainnya :

1. Unduh Kimia Anorganik 2011

2. Unduh Kimia Analtik 2011

3. Unduh Kimia Fisika 2011

4. Unduh Kimia Organik 2011

5. Unduh Kimia-Seleksi-ONMIPA-Tingkat-Wilayah-2015

6. Unduh KIMIA-Seleksi-ONMIPA-Tingkat-Wilayah-2016

Modul Tambahan Peserta Olimpiade Matematika :

1. Unduh Aljabar Linier 2008

2. Unduh Aljabar Linier 2009

3. Unduh Aljabar Linier 2011

4. Unduh Analisis Kompleks 2008

5. Unduh Analisis kompleks 2011

6. Unduh Analisis Numerik 2008

7. Unduh Analisis Numerik 2009

8. Unduh Analisis Real 2008

9. Unduh Analisis Real 2009

10. Unduh Analisis Real 2011 (1)

11. Unduh Analisis Real 2011


12. Unduh Kombinatorika 2008

13. Unduh Kombinatorika 2009

14. Unduh Kombinatorika 2011

15. Unduh Matematika Seleksi ONMIPA Tingkat Wilayah 2015

16. Unduh MATEMATIKA Seleksi ONMIPA Tingkat Wilayah 2016

17. Unduh Riset Operasi 2008

18. Unduh Riset Operasi 2009

19. Unduh Struktur Aljabar 2008

20. Unduh Struktur Aljabar 2009

21. Unduh Struktur Aljabar 2011

PUPUK CAIR EM4

PEMBUATAN PUPUK CAIR  – EM4

Teori Dasar                  :
Banyak cara untuk membuat "mikroba efektif" untuk mempercepat proses pembuatan kompos. Salah satu di antaranya adalah yang kami tulis di bawah ini. Pengalaman teman-teman kami membuat EM4 dengan isi usus binatang telah menimbulkan bau yang kurang sedap sehingga kami memilih jalan pembuatan yang sifatnya vegetarian, dari bahan-bahan tanaman yang mudah dan cepat busuk.
Penemuan yang sangat berharga untuk pertanian mandiri ini, awalnya adalah orang Jepang, bernama Teruo Higa pada tahun 1970 -- kini telah banyak diterapkan oleh para petani modern. Tapi masih banyak pula yang belum melakukannya karena lebih percaya pada pupuk kimia yang dirasa "lebih praktis" tapi sesungguhnya tidak sehat baik untuk tanah, tanaman maupun untuk kita manusia.

Tujuan                                     :
Untuk mengetahui cara dan proses pembuatan pupuk cair ”EM4”
Untuk mengetahui kegunaan pupuk cair ”EM4”
Bahan dan Alat           :
  1. Sampah sayur, terutama kacang-kacangan
  2. Kulit buah-buahan (papaya, pisang, rambutan, mangga, dsb.)
  3. Bekatul , secukupnya
  4. Gula merah, sedikit saja
  5. Air beras, secukupnya
  6. Ember ukuran sedang
  7. Cetok(sekop kecil pengaduk semen)
Cara membuat                      :
  1. Sampah sayur, kulit buah-buahan dan bekatul dicampurkan. Tempatkan misalnya di dalam sebuah ember atau penampung yang lain. Tutup. Sambil kadang-kadang diaduk, biarkan selama satu minggu sampai membusuk sehingga menjadi EM1. EM singkatan dari Effective Microorganism, yaitu jasad renik "ganas" yang akan mempercepat proses pengomposan. Ditengarai dengan angka 1 karena inilah cairan mikroorganisme yang terbentuk setelah mengalami dekomposisi selama satu minggu.
  2. Cairan EM1 dicampur dengan sampah sayur dan kulit buah-buahan. Kemudian didiamkan lagi selama satu minggu. Cairan baru yang terbentuk disebut dengan EM2.
  3. Cairan EM2 dicampurkan dengan bekatul, gula merah dan air beras. Dan didiamkan lagi selama satu minggu sehingga menjadi EM3.
  4. Diamkan lagi selama satu minggu tanpa menambahkan apa-apa. Cairan itu telah menjadi EM4.
NB: “bekatul” atau dedak merupakan pakan ternak, adalah bagian luar atau kulit ari dari beras
yang merupakan hasil sampingan dari proses penggilingan nasi.

Hasil dan Pembahasan
1.

PENGAMATAN JAMUR DAN PEMBUATAN KOMPOS


PENGAMATAN JAMUR PADA MAKANAN
Teori dasar                :
Jamur memiliki ciri-ciri sebagai berikut: mempunyai inti sel, membran inti sel sempurna, tidak mempunyai klorofil, bentuk uniseluler atau multiseluler, berkembang biak dengan spora, hidupnya bersifat heterotrof, dan dapat juga sebagai parasit atau saprofit. Jamur dapat menguntungkan dan dapat juga merugikan. Perananya dalam makanan antara lain terdapat pada tempe, oncom, tape, keju, yang dapat menguntungkan manusia tetapi ada juga yang merugikan seperti terdapat pada nasi, kue, roti, buah-buahan, dan lain-lain
Tujuan                       :
Mengamati morfologi jamur yang terdapat pada makanan
Alat dan Bahan         :
1.      Mikroskop
2.      Objek glass dan Cover Glass
3.      Jarum Pentul
4.      Pipet tetes
5.      Jamur Nasi
6.      Jamur roti
7.      Jamur Tongkol jagung
8.      Jamur tempe
9.      Aquades steril
Prosedur Kerja         :
1.      Ambil objek glass bersih dan bebas kotoran atau lemak
2.      Ambillah sehelai jamur dari masing-masing bahan pengamatan dengan menggunakan jarum pentul dan letakkan diatas objek glass.
3.      Teteskan dengan setetes aquades pada kaca benda.
4.      Tutup dengan cover glass.
5.      Buatlah label untuk berbagai jenis jamur berbeda
6.      Amati dibawah mikroskop.
7.       Gambarkan hasil pengamatan dan beri keterangannya : nama jamur, Rhizoid, spyrogium? Tangkai spyrogium? Spora? Stolon? Hyfa? Konidiosfor? Konidia? Dan bagian-bagian jamur lainnya.
No
Jamur dari ....
Nama Jamur
Gambar dan Keterangan
1

2

3

4






Tugas dan Pembahasan       :
1.      Mengapa makanan dapat ditumbuhi jamur?
2.      Bagaimana caranya mengatasi orang yang keracunan jamur?

Pembuatan Kompos


PEMBUATAN KOMPOS

Teori Dasar                   :
            Sampah merupakan materi yang tidak dapat dipergunakan secara produktif atau tidak dapat menghasilkan sesuatu produk yang bersifat baru. Akan tetapi sampah dapat diproses kembali dengan suatu metode yang disebut ”metode 3R” ( Recycle, Reuse, dan Reduce ). 
Recycle adalah suatu proses penampungan sampah atau materi yang tidak dapat digunakan kembali kedalam suatu tempat / wadah yang bersifat sementara, untuk kemudian sampah yang dikumpulkan tadi akan diseleksi kembali atau memasuki tahap Reuse
Reuse adalah ialah proses pemilihan sampah yang dianggap masih berguna atau masih dapat dipergunakan untuk membuat materi yang lainnya. Kemudian sisa dari total sampah yang diolah tadi akan memasuki tahap terakhir yaitu Reduce yaitu tahap pengurangan atau pemusnahan. Sampah yang dianggap benar – benar tidak produktif atau tidak berguna lagi akan dimusnahkan.
Sampah sendiri terbagi atas 2 jenis sampah yaitu : sampah organik dan sampah anorganik.
Sampah organik adalah sampah yang berasal dari makhluk hidup dan dapat diuraikan oleh organisme pengurai sedangkan sampah anorganik adalah sampah yang tidak dapat diuraikan oleh organisme pengurai.
Tujuan                       :
Mengetahui cara dan proses pembuatan kompos
Bahan dan Alat  :
  1. Sampah organik 2 kg
  2. Pupuk Cair EM4, konsentrasi 20% (dengan menambahkan 20 ml Larutan EM4 dengan 100ml air).
  3. Dedak ½ kg
  4. Gula 1 ons
  5. Air secukupnya
  6. Plastik Pembungkus
  7. Ember Plastik yang tertutup
  8. Pisau
  9. Termometer

Prosedur Kerja              :
  1. Cacah sampah hingga berukuran 2 cm
  2. Masukkan sampah kedalam ember plastik
  3. Tambahkan dedak, gula dan air sedikit demi sedikit, sambil diaduk
  4. Air berfungsi untuk merekatkan bahan, diberikan jangan terlalu banyak
  5. Tambahkan EM4 sambil diaduk hingga rata
  6. Tutup ember dan bungkus plastik
  7. Setiap 2 hari lakukan pengadukan (pembalikan)terhadap kompos,  lakukan pengukuran suhu
  8. Inkubasikan selama 1-2 minggu
  9. Lakukan pengamatan dan catat hasil pengamatan

Hasil Dan Pembahasan          :
No
Kelompok
Perubahan pada kompos
Keterangan
Suhu
Warna
Bentuk
1





2





3





Dst..







Pertanyaan
  1. Adakah perubahan suhu bahan kompos dari awal sampai akhir pengamatan
  2. Kumpulkan data pengamatan beberapa tekstur bahan kompos



 
 

 Download Modul Latihan Peserta Olimpiade Biologi dan Modul Tambahan Lainnya

PENGAMATAN KOLONI JAMUR

Pengamatan koloni bakteri dan jamur


PENGAMATAN KOLONI BAKTERI DAN JAMUR

Teori Dasar                :
            Disekitar kita mikroorganisme mudah dijumpai, seperti diudara, diantara helaian rambut, disela-sela gigi, dijari tangan, dalam usus besar, dipermukaan kulit, dalam makanan dan kemungkinan dalam minuman manusia. Untuk mempelajari koloni serta sifat bakteri dan jamur kita perlu menumbuhkannya pada medium.

Tujuan                       :
1.      Mempelajari morfologi koloni bakteri
2.      Mempelajari morfologi koloni jamur

Alat dan Bahan         :
1.      Lampu bunsen/spiritus
2.      Korek api
3.      Jarum inokulasi
4.      Petridish yang sudah disterilkan
5.      Medium Kaldu Nutrisi agar
6.      Medium toge agar
7.      Cotton bud(pembersih telinga)

Prosedur Kerja         :
1.      Panaskan air dalam beaker glass sehingga mencapai suhu 45-500 C
2.      Masukkan tabung reaksi yang berisi medium (khusus untuk medium tegak) kedalam beaker glass supaya medium cair
3.      Biarkan 5 menit kemudian tuangkan kedalam petridish
4.      Beri label, nama kelompok dan nama medium
5.      Lakukan perlakuan sebagai berikut:
-          Membiarkan cawan petri yang berisi medium kaldu nutrisi agar dalam keadaan terbuka selama 20 menit dan toge agar selama 1 jam. Segera tutup kembali
-          Mengucapkan kata-kata dengan jarak 5-10cm dekat medium yang terbuka selama 3 menit, segera tutup kembali.
6.      Semua lempeng agar tersebut diinkubasi pada suhu kamar selama 2 - 3x24 jam, amati setiap koloni mikroba yang tumbuh setiap hari.
7.      Lakukan pengamatan morfologi koloni bakteri yang meliputi:
-          Warna
-          Bentuk koloni
-          Ukuran diameter koloni
-          Mengkilat atau suram
8.      Hitunglah jumlah dan macam koloni bakteri dan jamur yang tumbuh pada medium
9.      Buatlah label pengamatan

Pertanyaan dan Tugas
Perbedaan apa yang terlihat pada koloni bakteri dan jamur?




Download Modul Latihan Peserta Olimpiade Biologi dan Modul Tambahan Lainnya

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI : MEMBUAT MEDIA PERTUMBUHAN MIKROBA

Membuat Media Pertumbuhan Mikroba


MEMBUAT MEDIA PERTUMBUHAN MIKROBA

Teori dasar          :
            Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dan dikembangbiakan pada suatu substrat yang dinamakan medium. Medium untuk pertumbuhan mikroba ini memenuhi persyaratan nutrien yang dibutuhkan mikroba tersebut. Kebutuhan dasar mikroba antara lain : air, karbon, energi, mineral, dan faktor tumbuh.
            Media terdiri dari 3 macam bentuknya, yaitu : medium cairan, padatan, dan semisolid. Perbedaan ini disebabkan oleh ada tidaknya bahan pemadatan. Bahan pemadatan dapat berupa amilum, gelatin, selulosa, dan agar-agar. Agar-agar adalah media yang paling umum digunakan. Medium cairan tidak menggunakan bahan pemadat sedangkan medium padatan dan semisolid menggunakan bahan pemadat.
            Berdasarkan fungsinya media dapat dibedakan atas medium umum, selektif, dan differensial. Berdasarkan komposisi kimianya dikenal medium alami, medium semisintetis, dan medium sintetis.

            Pengertian Media
Media adalah pembenihan substrat atau dasar makanan untuk menumbuhkan dan membiakkan suatu mikroorganisme. Media yang baik bagi pemeliharaan mikroorganisme ialah yang mengandung unsure-unsur makanan yang diperlukan, dapat berupa garam-garam anorganik seperti protein, peptone, asam-asam amino dan vitamin-vitamin. Bahan-bahan makanan yang disediakan untuk menumbuhkan mikroorganisme disebut kultur media. Sedangkan mikroorganisme yang tumbuh dan berkembang biak pada suatu kultur media disebut kultur.

            Fungsi Media
Media dapat berfungsi untuk membiakkan, mengasingkan dan meyimpan mikroorganisme dalam waktu yang lama di laboratorium. Media juga dapat berfungsi untuk mempelajari sifat-sifat koloni/pertumbuhan, sifat-sifat biokimiawi mikroorganisme. Selain itu dalam laboratorium mikrobiologi kedokteran dapat berfungsi untuk pembuatan antigen, toksin dan untuk pasasi kuman dengan tujuan perubahan virulensi dan lain-lain.

           

Syarat-syarat membuat media
Syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam membuat media adalah :
  1. Media harus mengandung semua unsur makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroorganisme.
  2. Media harus mempunyai tekanan osmosa, tegangan permukaan, dan pH yang sesuai dengan kebutuhan mikroorganisme.
  3. Media harus dalam keadaan steril sebelum ditanami mikroorganisme yang dimaksud, jadi tidak ditumbuhi oleh mikroorganisme yang lain yang tidak diharapkan

Komposisi Media
Di Laboratorium mikrobiologi, untuk pekerjaan rutin biasanya dibuatkan media standar yang terdiri dari : kaldu, pepton, karbohidrat. Jika diperlukan media padat, dapat ditambahkan agar. Media standar ini disediakan untuk mempermudah macam-macam media yang dikehendaki sesuai dengan tujuannya. Misalnya membuat media agar miring, untuk membiakkan mikroorganisme, media agar darah untuk membiakkan kuman yang memerlukan darah, media agar dam lempeng, untuk melihat hemolisis dan lain-lain.
            Pada hakekatnya komposisi media yang baik adalah sesuai dengan kebutuhan mikroorganisme seperti pada habitat aslinya (kondisi alamiah). Oleh karena itu, jika ingin membiakkan mikroorganisme yang dapat hidup di usus manusia misalnya, maka harus menggunakan media tertentu yang dapat hidup diusus manusia misalnya, maka harus menggunakan media tertentu yang dilakukan dengan bermacam-macam media diperkaya, media selektif , dan media differensial. Sedangkan pengereman (inkubasi) media harus dilakukan pada suhu 370 C, yaitu suhu yang sesuai dengan tubuh manusia.
            Dewasa ini untuk keperluan penelitian maupun pekerjaan di laboratorium banyak dipermudah dengan adanya bermacam-macam media yang tersedia dalam bentuk serbuk kering. Serbuk kering ini sudah siap dipakai.artinya tidak perlu lagi menentukan pH nya, sebab hal ini sudah dilakukan terlebih dahulu pada pembuatan serbuk. Sehingga untuk menyiapkan media cukup mengikuti aturan pakai yang dituliskan pada tabel. Misalnya sekian gram serbuk kering dilarutkan dalam sekian liter mililiter air suling, kemudian disterilkan.

Tujuan
  1. Membuat media Kaldu Nutrisi Agar
  2. Membuat media Toge Agar

Alat dan Bahan
  1. Timbangan
  2. Kaca Arloji
  3. Sendok
  4. Gelas Ukur
  5. Beaker Glass
  6. Tabung Reaksi
  7. Batang Pengaduk
  8. pH Indikator
  9. Corong
  10. Kertas saring
  11. Kapas
  12. Pembakar
  13. Autoclave
  14. Cawan Petri
  15. Baki atau nampan
  16. Daging Lembu ½ kg
  17. Toge
  18. Agar Powder
  19. Vaselin
  20. Aquades
  21. Bacto Pepton
  22. Lisol
  23. Sukrosa

Prosedur
  1. Kaldu Nutrisi Agar
    1. Buatlah ekstrak daging lembu (daging 0,5 kg direbus dalam air 1 liter hingga volume air menjadi ½ nya atau selama 1-2 jam)
    2. Saringlah ekstrak daging dengan kertas saring, kemudian tambahkan aquades hingga volume menjadi 1 liter
    3. Masukkan bacto pepton 5 gram dan agar powder 15 gram
    4. Panaskan suspensi tersebut sehingga mendidih selama 20 menit
    5. Ukur pH, usahakan pH menjadi 6,8-7,3
    6. Tuangkan kedalam tabung reaksi : 10 ml untuk agar tegak dan 5 ml untuk agar miring
    7. Tutup semua tabung dengan kapas sebaik mungkin
    8. Siap untuk disetrilisasi.
  2. Kaldu Toge Agar
    1. Buatlah ekstrak toge (dari 100gr toge digerus atau dihaluskan dan diambil airnya)
    2. Saring ekstrak toge tersebut dengan kertas saring dan tambahkan aquades sehingga volume menjadi 1 liter
    3. Tambahkan sukrosa 60 gr dan agar powder 15 gr
    4. Panaskan suspensi tersebut sampai mendidih selama 20 menit .
    5. Masukkan kedalam tabung reaksi sebanyak 10ml untuk agar tegak dan 5 ml untuk agar miring.
    6. Tutup dengan kapas sebaik mungkin
    7. Siap untuk disterilisasi.




Download Modul Latihan Peserta Olimpiade Biologi dan Modul Tambahan Lainnya

Perbedaan Hasil Belajar Biologi Menggunakan Media Peta Konsep dan Media Audio Visual pada materi Pokok Sistem Peredaran Darah Manusia di Kelas XI SMAN 2 Medan TP 2009/2010



PERBEDAAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN MEDIA PETA KONSEP DAN MEDIA AUDIO VISUAL
 PADA MATERI POKOK SISTEM PEREDARAN
 DARAH MANUSIA DI KELAS
XI SMA N 2 MEDAN T.P
2009/2010


Oleh :

Pandu Prabowo
NIM 0510310868
Program Studi Pendidikan Biologi




 














SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan



JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2009


BAB I

PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang Masalah
Pendidikan di Indonesia saat ini masih dapat kita lihat sedang diliputi oleh
masalah besar, meliputi : 1). Mutu pendidikan yang dinilai masih rendah, 2). Sistem pembelajaran yang belum memadai dan 3). Krisis moral yang masih melanda masyarakat Indonesia(Ginting,2006)
            Perkembangan pendidikan di zaman yang sudah modern seperti sekarang ini menuntut siswa agar belajar lebih giat lagi. Baik tidaknya mutu pendidikan dapat kita lihat dari prestasi belajar yang diperoleh anak mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Pemerintah telah melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan, salah satu diantaranya adalah memperbaiki sarana dan prasarana pendidikan. Baik tidaknya prestasi belajar yang diperoleh siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah faktor media belajar yang digunakan untuk menambah ketertarikan dan minat belajar siswa serta memperjelas materi pelajaran yang diberi di sekolah.
            Penggunaan media belajar merupakan unsur yang sangat mendukung peningkatan prestasi belajar siswa di sekolah, dikatakan demikian karena selama ini siswa selalu belajar dengan kondisi apa adanya dengan penggunaan media yang sederhana yang mereka terima di kelas. Siswa akan jenuh dan bosan menerima pelajaran bila dari hari kehari menggunakan media yang sama, mereka hanya akan berkhayal dan berandai–andai atau bercerita saat melihat papan tulis yang dihiasi kapur dan guru yang mengoceh di depan mereka, apalagi siswa yang duduk di bangku paling belakang, mereka akan bercerita di belakang saat guru menjelaskan di papan tulis karena mereka tidak tertarik dengan pelajaran. Untuk itulah perlu dicari solusi untuk membuat mereka menjadi tertarik dan bersemangat saat pelajaran diberikan(Ginting,2006).
            Sistem serta sarana dan prasarana yang kuranglah yang menjadikan siswa menjadi jenuh dan bosan, sehingga pendidikan di Indonesia semakin terpuruk. Seperti dalam Harian Umum Pelita Edisi 2009, Rabu 15 Juli diberitahukan bahwa Dirjen Dikti Satryo Soemantri Brodjonegoro dalam temu muka bersama Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Prancis di Paris pun mengakui bahwa posisi Pendidikan di Indonesia masih kurang di kawasan Asia. Menurut Satryo Pendidikan Indonesia sudah mengarah ke posisi ideal dalam tingkat dunia, juga posisi di Asia cukup bersaing hanya saja kondisinya belum optimal, masih banyak infrastruktur, sarana, dan prasarana yang belum dibenahi. Penilaian tersebut merupakan hasil survei Badan UNESCO PBB. Dikatakan oleh UNESCO kualitas pendidikan Indonesia di Asia masih kurang, walaupun sudah mengalami peningkatan sejak tahun 2001 s/d 2008. Dari 193 negara anggota UNESCO, posisi kualitas Pendidikan Indonesia berada pada tingkat menengah ke atas (http://www.pelita.or.id. Diakses tanggal 20/07/09)
            Hal inilah yang menjadi indikator, bahwa masih perlu dilakukan berbagai usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu komponen yang menentukan untuk terjadinya proses belajar adalah guru dan strategi mengajar yang digunakanya. Guru juga berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial. Oleh karena itu guru berperan aktif menempatkan kedudukan sebagai tenaga professional sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Guru harus senantiasa menggunakan segala upaya termasuk menggunakan keterampilan yang dimilikinya, salah satu dari keterampilan itu adalah penggunaan media dalam pembelajaran saat mengajar.
            Hal lain yang perlu diperhatikan oleh guru adalah tantangan global teknologi komputer, tantangan kedepan yang akan dihadapi oleh guru makin berat, guru juga akan ketinggalan apabila tidak mampu beradaptasi terhadap zaman yang sudah modern seperti sekarang ini. Apabila murid lebih pintar dari guru pasti guru itu sendiri pun akan merasa malu, bukanya suatu hal yang perlu dibanggakan karena muridnya pintar dan menguasai teknologi lalu gurunya masa bodoh, tetapi  hal ini menjadi indikator yang menunjukkan bahwa guru pun masih ketinggalan dibandingkan muridnya sendiri. Sebagai usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan, maka guru pun mau tidak mau harus belajar lagi, harus berubah. Masih banyak guru yang kurang dalam hal penguasaan IPTEK Komputer, seperti dalam Harian Analisa edisi Rabu, 22 Juli 2009:20-22 diberitahukan bahwa dalam hasil KTI (Karya Tulis Ilmiah) yang diselenggarakan oleh LPMP (Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan) Propinsi diberbagai daerah Indonesia ternyata tidak semudah dan seindah yang dibayangkan. Hasil uji coba yang pertama menunjukkan data banyak guru masih enggan mengikuti proses pembelajaran dengan sarana komputer dan internet karena beragam alasan, yang paling dominan adalah ketidakmampuan mengoperasikan komputer apalagi internet. Ironi, tetapi itulah kenyataan di lapangan.
            Oleh karena itu, untuk mendukung perkembangan mutu pendidikan maka guru pun harus mampu memanfaatkan teknologi pendidikan. Seperti teknologi komputer yang paling berpotensi untuk dijadikan senjata andalan guru dalam proses pembelajaran yaitu sebagai media pembelajaran. Apabila guru telah mampu menguasai teknologi komputer seperti yang diharapkan, maka dapat dipastikan kualitas mutu pendidikan di Indonesia pasti akan maju dan berkembang (Damanik dalam Harian Analisa, 2009:20-22).
            Banyak Sekolah telah menerapkan pemakaian media dalam Proses Kegiatan Belajar Mengajar. Namun penggunaan media tersebut hanya pada sebatas pada media yang sederhana seperti penggunaan Charta, Media Gambar atau skema sederhana seperti Peta Konsep dan penggunaan media tersebut hanya sebatas apabila diperlukan sesuai dengan kebutuhan proses pembelajaran seperti hanya saat kegiatan diskusi atau dalam kerja kelompok.
            Seperti pengalaman penulis sendiri ketika melaksanakan PPL, pada saat mengajar menggunakan media visual sederhana seperti peta konsep, hasilnya masih belum memuaskan, karena masih ada juga siswa yang tidak konsentrasi memperhatikan saat penulis mengajar didepan kelas dengan menggunakan media peta konsep. Ketika diadakan tes ulangan materi yang disampaikan dengan menggunakan media peta konsep tersebut, hasilnya masih belum memuaskan karena masih ada juga beberapa siswa yang hasil tes nya dibawah rata – rata.
            Bila dilihat dari hasil tersebut maka belum dapat dipastikan apakah penggunaan media peta konsep benar – benar efektif untuk dipakai dalam proses pembelajaran atau tidak. Perlu dipastikan atau dicari solusi untuk memastikannya.
            Penulis kemudian mendapat solusi untuk memecahkan masalah tersebut. Perlu dicari alternatif lain untuk dapat meningkatkan minat belajar siswa sehingga juga dapat meningkatkan prestasi hasil belajarnya. Di zaman yang sudah modern seperti sekarang ini perlu strategi penggunaan media dalam pembelajaran yang lebih menarik dan lebih dapat meningkatkan minat belajar siswa agar tidak bosan dan merasa jenuh sehingga siswa akan belajar dengan penuh semangat.
            Penggunaan media yang lebih modern dan menarik seperti media Audio-Visual dapat menjadi satu alternatif solusi pemecahan masalah. Penggunaan Media Audio-Visual dinilai lebih efektif dalam keberhasilan belajar siswa. Efektivitas penggunaan media Audio-Visual sudah terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Seperti yang dikemukakan oleh Ginting (2006:34) dalam skripsinya yang berjudul “Efektivitas Penggunaan Media Audio-Visual Terhadap Keberhasilan Belajar Siswa SMA N 2 Kabanjahe” bahwa hasil belajar siswa dengan menggunakan media audio-visual lebih efektif daripada hasil belajar siswa yang tanpa menggunakan  media audio-visual.
            Dengan kata lain, penggunaan media audio-visual dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan dapat menjadi alternatif pemecahan masalah diatas.
            Bertolak dari apa yang telah dijelaskan diatas, Penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul :  Perbedaan Hasil Belajar Biologi Siswa Menggunakan Media Peta Konsep dan Media Audio-Visual Pada Materi Pokok Sistem Peredaran Darah Manusia di Kelas XI SMAN 2 Medan T.P. 2009/2010.

1.2  Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, penulis dapat mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :
  1. Apakah ada perbedaan hasil belajar siswa dengan penggunaan media audio-visual dengan penggunaan media peta konsep dalam mengikuti pelajaran.
  2. Apakah pengajaran dengan penggunaan media audio-visual dapat memberikan hasil belajar siswa yang lebih baik daripada hasil belajar siswa yang pengajaranya menggunakan media peta konsep.

1.3  Pembatasan Masalah
Media dalam pendidikan sangat luas jangkauannya, dan terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Dimana untuk setiap jenis bidang studi atau kejuruan, media yang digunakan sangat berbeda–beda dan juga cara penggunaanya. Ada media visual seperti gambar/foto, charta, peta konsep, transparansi dan lain–lain. Ada media audio seperti radio, tape recorder serta ada juga media audio-visual seperti televisi, proyektor (LCD), OHP, dan komputer.
Berdasarkan pada penjelasan diatas, pada penelitian ini akan digunakan media visual yaitu peta konsep dan media audio-visual yaitu komputer dan proyektor (LCD).
Untuk itu dalam penelitian ini hanya akan membahas perbedaan hasil belajar siswa dengan menggunakan media peta konsep dan media audio-visual (Komputer dan LCD proyektor) pada materi pokok sistem peredaran darah manusia dikelas XI SMA N 2  Medan T.P.2009/2010.

1.4  Rumusan Masalah
 Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
  1. Bagaimanakah perbedaan hasil belajar biologi siswa setelah diberikan pengajaran dengan menggunakan media peta konsep dan menggunakan media audio-visual pada materi pokok sistem  peredaran darah manusia di kelas XI SMA N 2 Medan.
  2. Bagaimanakah hasil belajar siswa terhadap penggunaan media peta konsep.
  3. Bagaimanakah hasil belajar siswa terhadap penggunaan media audio-visual


1.5  Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
  1. Mengetahui perbedaan hasil belajar biologi siswa setelah diberikan pengajaran dengan menggunakan media peta konsep dan menggunakan media audio-visual pada materi pokok sistem  peredaran darah manusia di kelas XI SMA N 2 Medan.
  2. Mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan media peta konsep.
  3. Mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan media audio-visual .

1.6  Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah :
  1. Sebagai informasi kepada guru tentang penggunaan media visual dan audio-visual
  2. Sebagai bekal bagi peneliti untuk mempersiapkan diri menjadi guru yang mampu meningkatkan kualitas pembelajaran.
  3. Memberi masukan dan solusi bagi guru Biologi dalam memecahkan permasalahan pembelajaran Biologi.
  4. Memberikan masukan dan informasi bagi peneliti lainnya yang ada hubunganya dengan masalah penelitian ini.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teoritis
2.1.1 Pengertian Belajar
            Belajar merupakan masalah yang paling mendasar dan aktual  bagi setiap orang. Tanpa belajar seseorang tidak akan dapat menguasai suatu hal. Belajar dapat mencakup semua hal. Semua hal perlu dipelajari bahkan sejak lahir. Maka dari itu banyak ahli–ahli membahas dam menghasilkan teori tentang belajar. Dalam hal ini tidak ada pertentangan mengenai teori yang dihasilkan, tetapi yang penting adalah pemakaian dan aplikasi teori yang digunakan di dunia pendidikan.
            Menurut Slameto (1987:2) “belajar merupakan suatu perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagaj hasil dari interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya”.
            Belajar dapat dikatakan sebagai pengalaman, seperti yang diutarakan oleh Sartin (1979:1) mengatakan bahwa “belajar ditunjukkan dengan suatu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman”. Selain itu ahli–ahli lainnya memberikan konsep yang berbeda mengenai pengertian belajar, Lindgren Surya (1976:1) menemukan bahwa istilah belajar yang dipergunakan oleh para ahli psikologi mengacu pada perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil latihan atau sejumlah pengalaman dengan lingkungan.

2.1.2 Pengertian Hasil Belajar
            Hakekat dalam aktivitas belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri masing–masing individu. Perubahan ini nantinya akan mempengaruhi  pola fikir individu dalam berbuat dan bertindak. Perubahan ini merupakan hasil dari pengalaman belajar.
            Hasil belajar dikatakan relatif menetap karena adanya kemungkinan suatu hasil belajar ditiadakan atau dihapuskan dan digantikan dengan hasil yang baru. Ada kemungkinan hasil belajar terlupakan (Winkle, 1989:1)
            Dari uraian tersebut maka dapat dipahami mengenai hasil belajar, yaitu kemampuan yang diperoleh setelah mendapatkan kegiatan belajar yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. Program pengajaran dapat dipandang sebagai usaha mengubah tingkah laku siswa dengan mengubah bahan pengajaran. Tingkah laku yang diterapkan itu terjadi setelah siswa mempelajari pelajaran tersebut. Hasil belajarnya dapat berupa pengetahuan, keterampilan, dan perubahan sikap.
            Hasil belajar siswa sangat erat kaitanya dengan tujuan intruksional yang sudah direncanakan guru sebelumnya. Hal ini juga dipengaruhi oleh kemampuan guru sebagai perancang belajar mengajar. Tujuan intruksional dapat dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dengan demikian tujuan belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku individu yang belajar dimana perubahan perilaku tersebut merupakan perubahan yang bersifat positif.
            Hasil belajar bergantung pada apa yang dipelajari dan faktor–faktor yang mempengaruhi proses belajar. Karena factor yang mempengaruhi proses belajar tidak pernah sama, sehingga hasil belajar juga dapat terjadi perbedaan.
            Seseorang dapat dikatakan memiliki prestasi belajar dalam bidang studi biologi yaitu apabila tujuan yang direncanakan dalam pengajaran tersebut tidak secara kognitif, afektif, dan psikomotorik seperti yang terlihat dalam diri siswa yang mengikuti interaksi belajar mengajar.

2.1.3 Belajar Mengajar Proses Perubahan Individu
Proses belajar mengajar adalah suatu proses yang saling terkait, dan saling butuh membutuhkan. Menurut (Usman, 1993:1) Belajar adalah suatu perubahan di dalam keperibadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan keperibadian atau suatu pengertian. Sedangkan menurut (Sudjana, 1985:2) Belajar adalah proses mereaksi terhadap suatu situasi yang ada di sekitar individu. Sementara (Gagne dalam Dahar, 1989)  Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Selanjutnya (Usman dalam Suryosubroto, 2002:10) menyatakan proses belajar mengajar adalah suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.
Jadi dari definisi-definisi di atas tentang pengertian belajar sangatlah kompleks yakni belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seorang individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri di mana proses  tersebut berupaya mencapai tujuan atau yang biasa disebut hasil belajar.
            Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotorik) maupun nilai dan sikap (afektif).
Jadi belajar dapat disimpulkan dari definisi di atas:
a. Belajar adalah aktifitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar baik aktual maupun potensial.
b. Perubahan itu pada dasarnya berupa didapatkannya kemampuan baru, yang berlaku dalam waktu yang relatif lama.
c.  Perubahan itu terjadi karena usaha.
d. Perubahan perilakunya sebagai akibat pengalaman
Mengajar merupakan penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan ini terdiri dari komponen-komponen yang saling mempengaruhi, yakni tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, materi yang diajarkan, jenis kegiatan yang dilakukan, serta sarana dan prasarana belajar mengajar yang tersedia.
(Sudjana, 1985:4) menyatakan mengajar pada hakikatnya adalah proses, yakni proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar. Kemudian menjelaskan “mengajar bukanlah menyampaikan pelajaran, melainkan suatu proses membelajarkan siswa, sehingga peran serta seorang guru adalah pemimpin belajar (learning manager) dan fasilitator belajar”.
Sedangkan defenisi lain mengatakan mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moral. (Usman, 1993:1)
Jadi dari dua definisi di atas yaitu belajar dan mengajar dapat disimpulkan bahwa pada proses belajar mengajar terjadi proses interaksi antara siswa dengan guru yang mana dalam prosesnya meliputi kegiatan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.
Interaksi guru siswa sebagai makna utama proses pengajaran memegang peran penting untuk mencapai tujuan pengajaran yang efektif. Mengingat kedudukan siswa sebagai subyek dan sekaligus juga obyek dalam pengajaran maka inti proses pengajaran tidak lain adalah kegiatan belajar mengajar siswa mencapai suatu tujuan pengajaran.

2.1.4 Media
2.1.4.1 Pengertian Media
            Media berasal dari bahasa latin yaitu “Medius” yang secara harafiah artinya tengah atau pengantar. Dalam bahasa Arab media adalah perantara atau pengantar dari pengirim kepada penerima pesan (Arsyad, 1995:1).
            Menurut Romizouski dalam Wibawa dan Farida (1991:2), media adalah pembawa pesan yang berasal dari suatu sumber pesan ( dapat berupa orang atau benda ) kepada penerima pesan. Dalam hal ini siswa dirangsang oleh media untuk menggunakan panca indranya untuk menerima informasi.
            Dalam proses belajar mengajar, pesan yang disalurkan oleh media dari sumber pesan ke penerima pesan itu adalah isi pelajaran, dengan kata lain pesan itu adalah isi pelajaran yang berasal dari kurikulum yang disampaikan oleh guru kepada siswa. (Wibawa dan Farida, 1991:1).
            Media adalah alat bantu apa saja yang dapat ditangkap indera yang berfungsj sebagai perantara / sarana / alat untuk proses belajar mengajar (Rohan, 1997:2).
            Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran. Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Sementara itu, Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Sedangkan, National Education Associaton (1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Dari ketiga pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik (Sudrajat, 2008:1 dalam http://janggeng.blogspot.com).
Brown (1973) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad Ke–20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet (Sudrajat, 2008 : 2 dalam http://janggeng.blogspot.com).

2.1.4.2 Fungsi Media
Media memiliki beberapa fungsi, diantaranya :
  1. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar–gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial.
  2. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu obyek, yang disebabkan, karena : (a) obyek terlalu besar; (b) obyek terlalu kecil; (c) obyek yang bergerak terlalu lambat; (d) obyek yang bergerak terlalu cepat; (e) obyek yang terlalu kompleks; (f) obyek yang bunyinya terlalu halus; (f) obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan kepada peserta didik.
  3. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya.
  4. Media menghasilkan keseragaman pengamatan
  5. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis.
  6. Media membangkitkan keinginan dan minat baru.
  7. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.
  8. Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak (Sudrajat, 2008:2-3 dalam http://www.janggeng.blogspot.com).
2.1.4.3 Klasifikasi Media
            Menurut Suleiman (1985:26–27) klasifikasi alat–alat atau media audio dan visual adalah sebagai berikut :
1. Media audio/auditif
            Yaitu alat–alat yang hanya dapat mengeluarkan/menghasilkan bunyi atau suara saja. Contoh : Cassete (kaset), tape recorder, dan radio.


2. Media visual
            Yaitu alat–alat yang dapat memperlihatkan rupa atau bentuk, yang kita kenal sebagai alat peraga. Alat–alat visual atau alat– alat peraga ini terbagi atas :
  1. Alat–alat visual dua dimensi
Terbagi atas 2 jenis yaitu :
    1. Alat–alat dua dimensi pada bidang yang tidak transparan,
Contoh :
Gambar diatas kertas atau karton, gambar yang  diproyeksikan dengan OHP (proyektor sederhana atau opaque  proyektor), lembaran balik, grafik, diagram, poster, gambar, foto (charta).
    1.  Alat visual dua dimensi pada bidang yang transparan,
Contoh :
Slide (potongan film atau gambar), lembaran transparan untuk overhead proyektor.
  1. Alat–alat tiga dimensi
Disebut tiga dimensi karena mempunyai ukuran panjang, lebar, dan tinggi.
Contoh : Benda asli, model, contoh barang atau specimen, alat tiruan sederhana atau mock-up. Termasuk di dalamnya diorama, pameran, dan bak pasir.
            Jadi berdasarkan klasifikasi Suleiman diatas, alat-alat media visual dibedakan berdasarkan dimensi yang yang diukur dari panjang,lebar, dan tinggi.
3. Media audio-visual
            Yaitu alat–alat yang dapat menghasilkan rupa dan suara dalam satu unit.
Contoh : film bersuara dan televisi.
            Sementara itu menurut Dzamarah dan Aswan dalam Sri Christin Ginting (2006:8–9), klasifikasi media dapat dilihat dari daya liputnya dan dari bahan pembuatanya serta manfaat media dalam proses belajar siswa antara lain sebagai berikut :




1.  Klasifikasi Media dilihat dari daya liputnya
a. Media dengan daya liput luas dan serentak
            Penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta dapat menjangkau jumlah anak didik yang banyak dalam waktu yang sama. Contoh : Radio dan Televisi .
b. Media dengan daya liput terbatas oleh ruang dan tempat
            Media dalam penggunaanya membutuhkan ruang dan tempat yang khusus seperti film sound slides yang harus menggunakan tempat tertutup dan gelap.
c. Media untuk pengajaran individu
            Pengajaranya hanya untuk seorang diri, contoh : Modul berprogram dan pengajaran melalui komputer.

2. Klasifikasi Media dilihat dari bahan pembuatanya
a. Media sederhana
            Bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah, cara pembuatanya mudah dan penggunaanya tidak sulit.
b. Media kompleks
            Media yang bahan dan alat pembuatanya sulit diperoleh serta harganya mahal. Sulit pembuatanya, penggunaanya memerlukan keterangan yang memadai.

2.1.4.4 Manfaat Media
Menurut Sudjana dan Rivai dalam Sri Christin Ginting (2006:8), manfaat media dalam proses belajar siswa adalah :
  1. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
  2. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pengajaran.
  3. Metode akan lebih bervariasi, tidak semata–mata berkomunikasi verbal melalui penuturan kata–kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga apalagi kalau guru mengajar setiap jam pelajaran.
  4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain–lain.

2.1.4.5 Jenis Media
Terdapat berbagai jenis media belajar, diantaranya:
  1. Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik.
  2. Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya.
  3. Projected still media : slide; over head projektor (OHP), in focus dan sejenisnya .
  4. Projected motion media : film, televisi, video (VCD,DVD,VTR), komputer dan sejenisnya (Sudrajat, 2008:3).

2.1.5 Perkembangan Media dalam IPTEK Dunia Pendidikan
Sejalan dengan perkembangan IPTEK penggunaan media, baik yang bersifat visual, audial, projected still media maupun projected motion media bisa dilakukan secara bersama dan serempak melalui satu alat saja yang disebut Multi Media. Contoh : dewasa ini penggunaan komputer tidak hanya bersifat projected motion media, namun dapat meramu semua jenis media yang bersifat interaktif.
Sudrajat mengemukakan tentang hubungan antara media dengan tujuan pembelajaran, sebagaimana terlihat dalam tabel di bawah ini :
Tabel 2.1 Hubungan antara Media dengan Tujuan Pembelajaran
Jenis Media
1
2
3
4
5
6
Gambar Diam
S
T
S
S
R
R
Gambar Hidup
S
T
T
T
S
S
Televisi
S
S
T
S
R
S
Obyek Tiga Dimensi
R
T
R
R
R
R
Rekaman Audio
S
R
R
S
R
S
Programmed Instruction
S
S
S
T
R
S
Demonstrasi
R
S
R
T
S
S
Buku teks tercetak
S
R
S
S
R
S
Keterangan :
R = Rendah S = Sedang T= Tinggi
1 = Belajar Informasi faktual
2 = Belajar pengenalan visual
3 = Belajar prinsip, konsep dan aturan
4 = Prosedur belajar
5= Penyampaian keterampilan persepsi motorik
6 = Mengembangkan sikap, opini dan motivasi
Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Contoh : bila tujuan atau kompetensi peserta didik bersifat menghafalkan kata-kata tentunya media audio yang tepat untuk digunakan. Jika tujuan atau kompetensi yang dicapai bersifat memahami isi bacaan maka media cetak yang lebih tepat digunakan. Kalau tujuan pembelajaran bersifat motorik (gerak dan aktivitas), maka media film dan video bisa digunakan. Di samping itu, terdapat kriteria lainnya yang bersifat melengkapi (komplementer), seperti: biaya, ketepatgunaan; keadaan peserta didik; ketersediaan; dan mutu teknis (Sudrajat, 2008:4 -5).

2.1.6 Penggunaan Media Audio-Visual
            Teknologi audio-visual adalah cara untuk menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan mesin–mesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan pesan–pesan audio dan visual. Dengan alat–alat audio-visual maka proses komunikasi menjadi lebih efektif.
            Alat–alat audio-visual adalah alat–alat yang “audible” artinya dapat didengar dan alat–alat yang “visible’ artinya dapat dilihat (Amir Hamzah, 1985:11).
             Pengajaran dengan audio-visual jelas bercirikan pemakaian perangkat keras selama proses belajar, seperti mesin, proyektor film, tape recorder, dan proyektor visual yang lebar. Jadi pengajaran melalui audio-visual produksi dan penggunaan materi yang penyerapanya  melalui pendengaran dan pandangan serta tidak seluruhnya tergantung kepada pemahaman kata atau simbol–simbol yang serupa. Ciri–ciri utama media audio-visual adalah sebagai berikut :
  1. Biasanya bersifat linear
  2. Umumnya meyajikan visual yang dinamis,
  3. Digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya oleh perancang/pembuatnya.
  4. Merupakan persentasi fisik dari gagasan real atau gagasan abstrak.
  5. Dikembangkan menurut prinsip psikologi behviorisme dan kognitif.
  6. Umumnya berorientasi kepada guru dengan tingkat pelibatan interaktif murid yang rendah.

2.1.6.1 Teknik Pengajaran menggunakan Media Audio-Visual
            Dalam hal ini terknik pengajaran menggabungkan beberapa media (multimedia) dalam pembuatan CD. Konsep penggabungan ini dengan sendirinya memerlukan beberapa jenis peralatan perangkat  keras yang masing–masing tetap menjalankan fungsi utamanya sebagaimana biasanya, dan komputer merupakan pengendali seluruh peralatan itu. Jenis peralatan itu adalah computer lainnya, video kamera, video kaset rekorder (VCR), overhead proyektor, multivision (LCD atau sejenisnya), CD player dan DVD player.
            Informasi yang disajikan melalui multimedia berbentuk dokumen yang hidup, dapat dilihat dilayar monitor atau ketika diproyeksikan kelayar lebar melalui overhead proyektor, dan dapat didengar suaranya.
            Teknik pengajaran yang umum digunakan untuk pengajaran bila dikaitkan dengan media audio-visual saat ini adalah menggunakan slide Power Point yang biasanya digunakan untuk persentase yang bersifat kontiniu. Dengan membuat tampilan slide yang dapat ditampilkan secara kontiniu ataupun satu demi satu, dapat membuat penggunaan program Power Point berbasis komputer lebih efisien untuk dipakai sebagai bagian dari teknik pengajaran dengan media audio-visual.
            Multimedia berbasis komputer ini sangat menjanjikan untuk penggunaanya dalam bidang pendidikan. Meskipun saat ini penggunaan media ini masih dianggap mahal, dalam beberapa tahun mendatang biaya itu semakin rendah dan dapat terjangkau sehingga dapat digunakan secara meluas di berbagai jenjang sekolah.

2.1.7 Media Visual (Peta Konsep)
2.1.7.1 Pengertian Peta Konsep
            Kata “Peta Konsep” berasal dari gabungan dua kata yang memiliki arti yang berbeda dan membentuk suatu kata baru dan  makna baru. Peta Konsep sendiri merupakan gabungan dari kata “ Peta” dan “Konsep” dimana peta yang memiliki arti yaitu gambaran permukaan bumi yang baik secara langsung atau tidak langsung memberikan informasi seperti lokasi suatu daerah, sedangkan konsep memiliki arti yaitu dasar pemikiran terhadap suatu hal. Sementara itu, peta konsep sendiri memiliki arti yaitu merupakan gambaran konsep–konsep yang saling berhubungan satu sama lain dalam konteks materi yang sama. Dengan penggunaan peta konsep dapat mempermudah dalam proses pemahaman dan pembelajaran terhadap suatu materi atau konsep tertentu.
Peta konsep merupakan salah satu bagian dari strategi organisasi. Strategi organisasi bertujuan membantu pebelajar meningkatkan kebermaknaan bahan-bahan organisasi bertujuan membantu pebelajar meningkatkan kebermaknaan bahan-bahan baru, terutama dilakukan dengan mengenakan struktur-struktur pengorganisasian baru pada bahan-bahan tersebut. Strategi-strategi organisasi dapat terdiri dari pengelompokan ulang ide-ide atau istilah-istilah atau membagi ide-ide atau istilah-istilah itu menjadi subset yang lebih kecil. Strategi-strategi ini juga terdiri dari pengidentifikasian ide-ide atau fakta-fakta kunci dari sekumpulan informasi yang lebih besar (Anwar Holil, 2008:1).
Salah satu pernyataan dalam teori Ausubel adalah bahwa faktor yang paling penting yang mempengaruhi pembelajaran adalah apa yang telah diketahui siswa (pengetahuan awal). Jadi supaya belajar jadi bermakna, maka konsep baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang ada dalam struktur kognitif siswa. Ausubel belum menyediakan suatu alat atau cara yang sesuai yang digunakan guru untuk mengetahui apa yang telah diketahui oleh para siswa (Dahar, 2005:149).
Berkenaan dengan itu Novak dan Gowin (1985) dalam Dahar (2005:149) mengemukakan bahwa cara untuk mengetahui konsep-konsep yang telah dimiliki siswa, supaya belajar bermakna berlangsung dapat dilakukan dengan pertolongan peta konsep.
a. Pengertian Konsep
Konsep dapat didefenisikan dengan bermacam-macam rumusan. Salah satunya adalah defenisi yang dikemukakan Carrol dalam Kardi (1997: 2) bahwa konsep merupakan suatu abstraksi dari serangkaian pengalaman yang didefinisikan sebagai suatu kelompok obyek atau kejadian. Abstraksi berarti suatu proses pemusatan perhatian seseorang pada situasi tertentu dan mengambil elemen-elemen tertentu, serta mengabaikan elemen yang lain.
Tidak ada satu pun definisi yang dapat mengungkapkan arti yang kaya dari konsep atau berbagai macam konsep-konsep yang diperoleh para siswa. Oleh karena itu konsep-konsep itu merupakan penyajian internal dari sekelompok stimulus, konsep-konsep itu tidak dapat diamati, dan harus disimpulkan dari perilaku.
Dahar menyatakan bahwa konsep merupakan dasar untuk berpikir, untuk belajar aturan-aturan dan akhirnya untuk memecahkan masalah. Dengan demikian konsep itu sangat penting bagi manusia dalam berpikir dan belajar.
Pemetaan konsep merupakan suatu alternatif selain outlining, dan dalam beberapa hal lebih efektif daripada outlining dalam mempelajari hal-hal yang lebih kompleks. Peta konsep digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi. Proposisi merupakan dua atau lebih konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit semantik (Novak dalam Dahar 2005:150).
George Posner dan Alan Rudnitsky dalam Nur (2001:36) menyatakan bahwa peta konsep mirip peta jalan, namun peta konsep menaruh perhatian pada hubungan antar ide-ide, bukan hubungan antar tempat. Peta konsep bukan hanya meggambarkan konsep-konsep yang penting melainkan juga menghubungkan antara konsep-konsep itu. Dalam menghubungkan konsep-konsep itu dapat digunakan dua prinsip, yaitu diferensiasi progresif dan penyesuaian integratif. Menurut Ausubel dalam Sutowijoyo (2002:26) diferensiasi progresif adalah suatu prinsip penyajian materi dari materi yang sulit dipahami. Sedang penyesuaian integratif adalah suatu prinsip pengintegrasian informasi baru dengan informasi lama yang telah dipelajari sebelumnya. Oleh karena itu belajar bermakna lebih mudah berlangsung, jika konsep-konsep baru dikaitkan dengan konsep yang inklusif.
Untuk membuat suatu peta konsep, siswa dilatih untuk mengidentifikasi ide-ide kunci yang berhubungan dengan suatu topik dan menyusun ide-ide tersebut dalam suatu pola logis. Kadang-kadang peta konsep merupakan diagram hirarki, kadang peta konsep itu memfokus pada hubungan sebab akibat. Agar pemahaman terhadap peta konsep lebih jelas, maka Dahar (2005:153) mengemukakan ciri-ciri peta konsep sebagai berikut:
1) Peta konsep (pemetaan konsep) adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan proposisi-proposisi suatu bidang studi, apakah itu bidang studi fisika, kimia, biologi, matematika dan lain-lain. Dengan membuat sendiri peta konsep siswa “melihat” bidang studi itu lebih jelas, dan mempelajari bidang studi itu lebih bermakna.
2) Suatu peta konsep merupakan suatu gambar dua dimensi dari suatu bidang studi atau suatu bagian dari bidang studi. Ciri inilah yang memperlihatkan hubungan-hubungan proposisional antara konsep-konsep. Hal inilah yang membedakan belajar bermakna dari belajar dengan cara mencatat pelajaran tanpa memperlihatkan hubungan antara konsep-konsep.
3) Ciri yang ketiga adalah mengenai cara menyatakan hubungan antara konsep-konsep. Tidak semua konsep memiliki bobot yang sama. Ini berarti bahwa ada beberapa konsep yang lebih inklusif dari pada konsep-konsep lain.
4)  Ciri keempat adalah hirarki. Bila dua atau lebih konsep digambarkan di bawah suatu konsep yang lebih inklusif, terbentuklah suatu hirarki pada peta konsep tersebut. Peta konsep dapat menunjukkan secara visual berbagai jalan yang dapat ditempuh dalam menghubungkan pengertian konsep di dalam permasalahanya. Peta konsep yang dibuat murid dapat membantu guru untuk mengetahui miskonsepsi yang dimiliki siswa dan untuk memperkuat pemahaman konseptual guru sendiri dan disiplin ilmunya. Selain itu peta konsep merupakan suatu cara yang baik bagi siswa untuk memahami dan mengingat sejumlah informasi baru (Arends, 1997: 251).
b. Cara Menyusun Peta Konsep
Banyak cara membuat dan menyusun peta konsep. Setiap orang memiliki cara dan metode yang berbeda-beda untuk membuat peta konsep suatu materi. Keberhasilan suatu peta konsep terletak pada seberapa jauh dalam penguasaan dan pemahaman peta konsep.
Menurut Dahar (2005:154) peta konsep memegang peranan penting dalam belajar bermakna. Oleh karena itu siswa hendaknya pandai menyusun peta konsep untuk meyakinkan bahwa siswa telah belajar bermakna. Langkah-langkah berikut ini dapat diikuti untuk menciptakan suatu peta konsep.
Langkah 1: mengidentifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi sejumlah konsep.
Langkah 2: mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep sekunder yang menunjang ide utama.
Langkah 3: menempatkan ide utama di tengah atau di puncak peta tersebut.
Langkah 4: mengelompokkan ide-ide sekunder di sekeliling ide utama yang secara visual menunjukan hubungan ide-ide tersebut dengan ide utama.
Berdasarkan pendapat di atas dapat dikemukakan langkah-langkah menyusun peta konsep sebagai berikut:
1)  Memilih suatu bahan bacaan
2)  Menentukan konsep-konsep yang relevan
3) Mengelompokkan (mengurutkan) konsep-konsep dari yang paling inklusif ke yang paling tidak inklusif .
4) Menyusun konsep-konsep tersebut dalam suatu bagan, konsep-konsep yang paling inklusif diletakkan di bagian atas atau di pusat bagan tersebut. Dalam menghubungkan konsep-konsep tersebut dihubungkan dengan kata hubung. Misalnya “merupakan”, “dengan”, “diperoleh”, dan lain-lain.
c. Peta Konsep sebagai Alat Ukur Alternatif.
Tes seperti pilihan ganda yang selama ini dipandang sebagai alat ukur (uji) keberhasilan siswa dalam menempuh jenjang pendidikan tertentu, bukanlah satu-satunya alat ukur untuk menentukan keberhasilan siswa. Tingkat keberhasilan siswa dalam menyerap pengetahuan sangat beragam, maka diperlukan alat ukur yang beragam. Peta konsep adalah salah satu bentuk penilaian kinerja yang dapat mengukur siswa dari sisi yang berbeda. Penilaian kinerja adalah bentuk penilaian yang digunakan untuk menilai kemampuan dan keterampilan siswa berdasarkan pada pengamatan tingkah lakunya selama melakukan penilaian terhadap hasil kerja siswa selama kegiatan.
Menurut Tukman dalam Sutowijoyo (2002:31) penilaian kinerja adalah penilaian yang meliputi hasil dan proses, yang biasanya menggunakan material atau suatu peralatan (equipment). Penilaian kinerja dapat digunakan terutama untuk mengukur tujuan pembelajaran yang tidak dapat diukur dengan baik bila menggunakan tes obyektif. Penilaian kinerja mengharuskan siswa secara aktif mendemonstrasikan apa yang mereka ketahui. Yang paling penting, penilaian kinerja dapat memberi motivasi untuk meningkatkan pengajaran, pemahaman terhadap apa yang mereka perlu ketahui dan yang dapat mereka kerjakan. Berdasarkan teori belajar kognitif Ausubel, Novak dan Gowin (1984) dalam Dahar (2005:143) menawarkan skema penilaian yang terdiri atas: Struktur hirarki, perbedaan progresif, dan rekonsiliasi integratif.
Struktur hirarkis, yaitu struktur kognitif yang diatur secara hirarki dengan konsep-konsep dan proposisi-proposisi yang lebih inklusif, lebih umum, superordinat terhadap konsep-konsep dan proposisi-proposisi yang kurang inklusif dan lebih khusus. Perbedaan progresif menyatakan bahwa belajar bermakna merupakan proses yang kontinyu, dimana konsep-konsep baru memperoleh lebih banyak arti dengan bentuk lebih banyak kaitan-kaitan proporsional. Jadi konsep-konsep tidak pernah tuntas dipelajari, tetapi selalu dipelajari, dimodifikasi, dan dibuat lebih inklusif. Rekonsiliasi integratif menyatakan bahwa belajar bermakna akan meningkat bila siswa menyadari akan perlunya kaitan-kaitan baru antara kumpulan-kumpulan konsep atau proposisi. Dalam peta konsep, rekonsiliasi integratif ini diperlihatkan dengan kaitan-kaitan silang antara kumpulan-kumpulan konsep (Dahar,2005:162).
d. Jenis-jenis Peta Konsep.
Menurut Nur (2000) dalam Erman (2003:24) peta konsep ada empat macam yaitu: pohon jaringan (network tree), rantai kejadian (events chain), peta konsep siklus (cycle concept map), dan peta konsep laba-laba (spider concept map).
1) Pohon Jaringan.
Ide-ide pokok dibuat dalam persegi empat, sedangkan beberapa kata lain dihubungkan oleh garis penghubung. Kata-kata pada garis penghubung memberikan hubungan antara konsep-konsep. Pada saat mengkonstruksi suatu pohon jaringan, tulislah topik itu dan daftar konsep-konsep utama yang berkaitan dengan topik itu. Daftar dan mulailah dengan menempatkan ide-ide atau konsep-konsep dalam suatu susunan dari umum ke khusus.
Cabangkan konsep-konsep yang berkaitan itu dari konsep utama dan berikan hubungannya pada garis-garis itu (Nur dalam Erman 2003:25).
Pohon jaringan cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal yaitu :
- Menunjukan informasi sebab-akibat
- Suatu hirarki
- Prosedur yang bercabang
Istilah-istilah yang berkaitan yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan-hubungan.
2) Rantai Kejadian.
Nur dalam Erman (2003:26) mengemukakan bahwa peta konsep rantai kejadian dapat digunakan untuk memerikan suatu urutan kejadian, langkah-langkah dalam suatu prosedur, atau tahap-tahap dalam suatu proses. Misalnya dalam melakukan eksperimen.
Rantai kejadian cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal yaitu :
- Memerikan tahap-tahap suatu proses
- Langkah-langkah dalam suatu prosedur
- Suatu urutan kejadian
3) Peta Konsep Siklus
Dalam peta konsep siklus, rangkaian kejadian tidak menghasilkan suatu hasil akhir. Kejadian akhir pada rantai itu menghubungkan kembali ke kejadian awal. Seterusnya kejadian akhir itu menhubungkan kembali ke kejadian awal siklus itu berulang dengan sendirinya dan tidak ada akhirnya. Peta konsep siklus cocok diterapkan untuk menunjukan hubungan bagaimana suatu rangkaian kejadian berinteraksi untuk menghasilkan suatu kelompok hasil yang berulang-ulang.
4) Peta Konsep Laba-laba
Peta konsep laba-laba dapat digunakan untuk curah pendapat. Dalam melakukan curah pendapat ide-ide berasal dari suatu ide sentral, sehingga dapat memperoleh sejumlah besar ide yang bercampur aduk. Banyak dari ide-ide tersebut berkaitan dengan ide sentral namun belum tentu jelas hubungannya satu sama lain. Kita dapat memulainya dengan memisah-misahkan dan mengelompokkan istilah-istilah menurut kaitan tertentu sehingga istilah itu menjadi lebih berguna dengan menuliskannya di luar konsep utama.
Peta konsep laba-laba cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal:
a) Tidak menurut hirarki, kecuali berada dalam suatu kategori
b) Kategori yang tidak parallel
c) Hasil curah pendapat (Anwar Holil,2008).
2.1.7.2 Peta Konsep sebagai alat bantu pembelajaran
Sebagai alat pembelajaran, peta konsep membantu siswa aktif berfikir untuk memusatkan pada sejumlah ide pokok (berupa konsep-konsep) dari suatu pokok bahasan. Secara rinci Novak dan Gowin (Zubaidah,1999) menjelaskan penggunaan peta konsep bagi siswa adalah untuk: (1) mengeksplorasikan apa yang telah diketahui oleh pembelajar; (2) memberikan arah pembelajaran (seperti peta jalanan); (3) membantu mengekstrasi arti kerja laboratorium atau studi lapang; (4) membantu membaca materi dari buku pelajaran; (5) membantu siswa mencapai hasil pembelajaran yang berkualitas tinggi serta bermakna, karna membantu siswa mengingat informasi dan melihat keterkaitan antar konsep dan (6) membantu siswa menggabungkan ide yang satu dengan yang lainnya.
Sebagai alat pembelajaran peta konsep membantu siswa aktif berfikir untuk memusatkan perhatian pada sejumlah ide pokok (berupa konsep-konsep) dari suatu pokok bahasan.  Peta konsep dapat memberikan semacam perjalanan bagi siswa yang menunjukkan arah untuk mengaitkan konsep agar menjadi proporsisi yang berarti. Dengan menyusun peta konsep, siswa dapat menyadari bahwa tidak berarti hanya mengingat fakta-fakta, tetapi juga memikirkan keterkaitan antar konsep. Selanjutnya diharapkan dapat mengkaitkan konsep baru dengan konsep yang telah dipahami sebelumnya.  Setelah selesai belajar, peta konsep dapat berfungsi sebagai ringkasan skematik mengenai apa yang baru saja dipelajari. Selain itu, peta konsep dapat dibuat lagi setelah siswa selesai belajar yaitu untuk memeriksa kembali pemahaman mereka sendiri secara kritis.
Membelajarkan siswa menyusun peta konsep harus dilakukan secara bertahap. Pertama  kali meminta siswa menyusun peta konsep, perlu dipilih konsep-konsep yang sudah dikenal. Cara terbaik untuk mengenalkan peta konsep pada siswa adalah dengan menggunakan peta konsep untuk menyajikan suatu pembelajaran yaitu dengan memodelkan proses penyusunannya. Tentu saja harus diperhatikan, untuk tidak membingungkan siswa dengan menyusun peta yang rumit. Peta konsep perkenalan harus difokuskan pada konsep-konsep yang jumlahnya terbatas.
2.1.8 Hasil Belajar
           Tes yang dibuat untuk menentukan penguasaan siswa terhadap bidang akademik tertentu telah ada sejak lama, sejak pendidikan formal itu didirikan. Tes hasil belajar juga disebut tes prestasi, tes pencapaian hasil belajar itu baru ada abad ke 20 ini memasuki zaman moderen, sebelumnya tes hasil belajar banyak mendapat kritikan. Usaha untuk memperbaiki tes hasil belajar selalu tertinggal di belakang teori yang ada, sementara ujian praktek yang sebenarnya berlangsung di sekolah jauh lebih tertinggal.
Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar, selain proses belajar juga pengalaman siswa disaat proses belajar tersebut, (Indrawati,2000) mengatakan “Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya.” Pengalaman belajarlah yang menjadikan siswa tahu dan mampu dalam menguasai materi pelajaran, tanpa ada pengalaman belajar, siswa tidak akan menguasai materi tersebut.
Jadi pembelajaran biologi perlu penerapan pembelajaran yang dapat memenuhi kemampuan yang utuh, yakni menekankan aktivitas siswa,  berbagai aktivitas satu kegiatan ini diharapkan dapat memenuhi tuntutan pembelajaran  berupa hasil belajar. Hasil belajar diketahui merujuk dari alat ukur atau indikator yang ditentukan dari standar kompetensi. Untuk mengetahui hasil belajar tersebut adanya kegiatan penilaian dalam satu konsep atau ujian blok, yang terdiri dari beberapa pertemuan.   
Kegiatan penilaian di kelas menjadi sangat penting karena hasil penilaian ini secara umum akan berpengaruh pada kualitas pendidikan, dan secara khusus akan berpengaruh pada kualitas pembelajaran, prestasi siswa, dan program sekolah. Guru dapat menggunakan hasil penilaian untuk memperbaiki proses belajar mengajar, sehingga menjadi lebih baik dan lebih efisien hasilnya. Hasil penilaian dapat diinformasikan kepada siswa sehingga mereka dapat mengetahui materi-materi yang belum dikuasainya, dan dapat mempelajarinya kembali sebagai upaya perbaikan. Sedangkan bagi sekolah, hasil penilaian ini dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan siswa dan informasi ini dapat digunakan untuk menyusun program sekolah untuk lebih meningkatkan prestasi siswanya.

2.1.9 Sistem Peredaran Darah Manusia
2.1.9.1 Darah
            Darah merupakan cairan tubuh yang terdapat dalam jantung dan pembuluh dalm tubuh. Darah yang terdapat dalam arteri berwarna merah muda, sedangkan darah yang terdapat dalam vena berwarna merah tua.
a. Komponen penyusun darah
Darah tersusun atas 2 komponen penyusun yaitu :
  1. Komponen Padat atau Korpuskuler yang terdiri dari : Eritrosit (sel darah merah), Leukosit (sel darah putih), dan Trombosit (keping darah).
  2. Komponen cair (plasma darah yang terdiri dari serum dan fibrinogen).

Eritrosit (Sel darah merah)
Merupakan bagian utama dari sel darah. Jumlah pada pria dewasa sekitar 5 juta sel/cc darah dan pada wanita sekitar 4 juta sel/cc darah. Berbentuk Bikonkaf, warna merah disebabkan oleh Hemoglobin (Hb) fungsinya adalah untuk mengikat Oksigen. Kadar 1 Hb inilah yang dijadikan patokan dalam menentukan penyakit Anemia. Eritrosit berusia sekitar 120 hari. Sel yang telah tua dihancurkan di Limpa. Hemoglobin dirombak kemudian dijadikan pigmen Bilirubin (pigmen empedu). (http://www.emc.maricopa.edu)
Sel darah merah berbentuk seperti cakram (disk), dibentuk di sum–sum tulang, tidak memiliki nukleus,  dan berfungsi untuk membawa oksigen dari paru–paru kejaringan dan karbon dioksida dari jaringan keparu–paru. Sel darah merah diproduksi dalam sum–sum merah tulang spongiosa, yang terdapat diujung tulang panjang dan didalam tulang pipih. Sel darah manusia berukuran diameter 7,5 mikron, tebal 1 mikron, dan berisi bermacam–macam substansi diantaranya Glukosa, enzim (katalase, anhidrase karbonat) garam organik dan garam anorganik.(Tim Dosen Anfisman,2008:91).












Gambar 2.1 Sel darah merah (eritrosit)

Leukosit (Sel darah putih)
Jumlah sel pada orang dewasa berkisar antara 6000–9000 sel/cc darah. Fungsi utama dari sel tersebut adalah untuk Fagosit (pemakan) bibit penyakit/ benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Maka jumlah sel tersebut bergantung dari bibit penyakit/benda asing yang masuk tubuh. Peningkatan jumlah lekosit merupakan petunjuk adanya infeksi penyakit misalnya radang paru-paru.
Berikut adalah indikator jumlah leukosit (sel darah putih) dalam tubuh :
Lekopeni         = Berkurangnya jumlah lekosit sampai di bawah 6000 sel/cc darah. Lekositosis       = Bertambahnya jumlah lekosit melebihi normal (di atas 9000 sel/cc darah).
Fungsi fagosit sel darah tersebut terkadang harus mencapai benda asing/kuman jauh di luar pembuluh darah. Kemampuan lekosit untuk menembus dinding pembuluh darah (kapiler) untuk mencapai daerah tertentu disebut Diapedesis. Gerakan lekosit mirip dengan amoeba yaitu Gerak Amuboid.














Gambar 2.2 Sel darah putih (leukosit)

Jenis–jenis Leukosit :
1.      Leukosit Granulosit
Adalah leukosit yang di dalam sitoplasmanya memiliki butir–butir kasar (granula). Leukosit granulosit terdiri atas 3 jenis yaitu :
-          Eosinofil    : adalah leukosit yang mengandung granula berwarna merah (warna eosin) dan disebut juga sebagai asidofil, berfungsi terhadap reaksi alergi (terutama infeksi cacing).
-          Basofil       : adalah leukosit yang mengandung granula berwarna biru (basa)
-          Netrofil     : adalah leukosit yang terdiri dari dua jenis sel yaitu netrofil batang dan segmen. Berfungsi sebagai fagosit.
2.      Leukosit Agranulosit
Adalah leukosit yang tidak memiliki granula. Leukosit agranulosit terdiri dari 2 jenis yaitu :
·         Limfosit    : terdiri dari 2 jenis sel yaitu sel T dan sel B yang saling bekerja sama untuk membangun imunitas atau kekebalan tubuh. Dimana sel T imunitas seluler dan sel B imunitas humoral.
·         Monosit     : adalah leukosit dengan ukuran paling besar. Memiliki nukleus berbentuk seperti sepatu kuda. Monosit juga melakukan gerak amuboid dan bersifat fagositosit.
(http://www.emc.maricopa.edu)

Trombosit ( Keping Darah )
Disebut pula sel darah pembeku. Jumlah sel pada orang dewasa sekitar 200.000 – 500.000 sel/cc. Di dalam trombosit terdapat banyak sekali faktor pembeku (Hemostasis) antara lain adalah Faktor VIII (Anti Haemophilic Factor). Jika seseorang secara genetis trombositnya tidak mengandung faktor tersebut, maka orang tersebut menderita Hemofili. Trombosit sangat berperan dalam proses pembekuan darah, karena tanpa trombosit maka darah yang keluar dari luka tidak akan berhenti mengalir dan tidak akan mengering.

sel-darah-manusia
                        www.google.com/ Sel darah manusia
Gambar 2.3 Sel – sel darah

b. Proses Pembekuan Darah
Bila terjadi suatu luka maka trombosit (keping darah) akan segera melakukan tugasnya untuk menghentikan pendarahan dan membuat luka menjadi tertutup (pembekuan darah).
Prosesnya antara lain sebagai berikut :
1.  Terjadi luka dan darah keluar dari luka yang ada.
2. Trombosit yang mendeteksi adanya luka akan menghasilkan enzim trombokinase.
3. Kemudian dengan bantuan ion Calsium, enzim trombokinase membentuk  Protrombin.
4. Dengan adanya Protrombin tersebut, akan dihasilkan enzim trombin yang dibantu oleh vitamin K akan membentuk fibrinogen (serat–serat fibrin).
5. Fibrin yang terbentuk akan dihasilkan sesuai kebutuhan optimal sampai seluruh permukaan luka tertutup.
Gambar 2.4 Proses pembekuan darah

c. Fungsi Darah
Darah mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Mengedarkan sari makanan ke seluruh tubuh yang dilakukan oleh plasma darah
2. Mengangkut sisa oksidasi dari sel tubuh untuk dikeluarkan dari tubuh yang dilakukan oleh plasma darah, karbon dioksida dikeluarkan melalui paru-paru, urea dikeluarkan melalui ginjal.
3. Mengedarkan hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar buntu (endokrin) yang dilakukan oleh plasma darah.
4. Mengangkut oksigen ke seluruh tubuh yang dilakukan oleh sel-sel darah merah
5. Membunuh kuman yang masuk ke dalam tubuh yang dilakukan oleh sel darah putih.
6. Menutup luka yang dilakukan oleh keping-keping darah.
7. Menjaga kestabilan suhu tubuh.
(http://www.emc.maricopa.edu).



2.1.9.2 Alat Peredaran Darah
a. Jantung
            Jantung merupakan alat peredaran darah yang paling utama dan merupakan sumber kehidupan. Apabila jantung seseorang berhenti berdenyut atau berdetak maka sudah dapat dipastikan orang tersebut sudah tidak bernyawa lagi. Jantung adalah alat tubuh yang berongga dan terletak diruang dada dan berukuran kurang lebih sebesar kepalan tangan. Berat jantung kurang lebih 300 gram pada pria dan 250 gram pada wanita.
Jantung terdiri dari 3 lapisan yaitu :
- Lapisan perikardium (luar)
                        Dimana lapisan ini terdiri dari 2 lembar lamina (lembaran) yaitu :
                        Lamina panistalis yaitu lembaran yang berada di sebelah luar dan
Lamina viseralis yang menempel pada dinding jantung.
            - Lapisan tengah (otot jantung)
            - Lapisan Endokardium (dalam)
Jantung terdiri dari 4 ruang yaitu :
            - Atrium Sinister (Serambi Kiri)
            - Atrium Dekster (Serambi Kanan)
            - Ventrikel Sinister (Bilik kiri)
            - Ventrikel Dekster (Bilik kanan)
Jantung memiliki 2 buah klep dibagian dalam yaitu :
- Valvula Trikuspidalis
            Merupakan klep jantung berdaun tiga yang terletak di antara atrium
kanan dengan ventrikel kanan.
- Valvula Bicuspidalis
            Merupakan klep jantung berdaun dua yang terletak di antara atrium
kiri dengan ventrikel kiri.




Gambar 2.5 Struktur jantung manusia

Jantung juga memiliki syaraf yaitu :
ü  Nodus SA (sinus arteriol) disebut juga nodus keith- flack, adalah serabut–serabut saraf yang terdapat pada dinding atrium kanan dekat muara vena cava superior dan vena cava inferior. Serabut saraf ini merupakan cabang dari sistem saraf tak sadar dan juga dipegaruhi oleh saraf vagus (saraf ke-10).
ü  Nodus AV (atrium ventrikel) terdapat pada perbatasan antara atrium (serambi) dan ventrikel (bilik).
ü  Berkas His, terdapat pada sekat antara bilik yang bercabang–cabang menjadi serabut purkinje (serabut–serabut saraf yang mengelilingi permukaan jantung).
(http://www.emc.maricopa.edu)




b. Pembuluh Darah
            Ada 3 macam pembuluh darah yaitu :
1. Pembuluh Darah Arteri
Yaitu pembuluh darah yang membawa darah keluar dari jantung (biasa disebut dengan pembuluh nadi). Pembuluh arteri memiliki ciri–ciri antara lain sebagai berikut :
  1. Tempat agak ke dalam
  2. Dinding Pembuluh tebal, kuat, dan elastis
  3. Aliran darah berasal dari jantung
  4. Katup hanya disatu tempat dekat jantung
  5. Bila ada luka, darah memancar keluar
Pembuluh arteri terbagi atas 2 jenis :
  1. Arteri Pulmonalis
Merupakan arteri yang membawa darah menuju paru–paru.
  1. Aorta
Merupakan pembuluh darah besar yang membawa darah menuju ke seluruh tubuh.
2. Pembuluh Darah Vena
Yaitu pembuluh balik yang membawa darah kembali menuju jantung.
Pembuluh vena terbagi atas 3 jenis :
  1. Vena Pulmonalis
Yaitu pembuluh darah yang membawa darah dari paru – paru menuju jantung.
  1. Vena Cava Inferior
Yaitu pembuluh darah yang membawa darah dari bagian bawah tubuh menuju jantung.
  1. Vena Cava Superior
Yaitu pembuluh darah yang membawa darah dari bagian atas tubuh menuju jantung.



3. Pembuluh Darah Kapiler
            Merupakan pembuluh darah halus yang langsung berhubungan dengan jaringan tubuh. Pada pembuluh darah kapiler terdapat hubungan antara pembuluh darah arteri dengan pembuluh darah vena.
            Pembuluh darah kapiler tersusun atas satu lapis sel pipih satu lapisan. Semua jaringan tubuh berhubungan langsung dengan kapiler darah, sehingga proses pertukaran menjadi lebih efisien. Pertukaran material dalam pembuluh darah kapiler ke sel terjadi melalui mekanisme difusi, dan sistem transpor aktif. Aliran darah dalam kapiler lebih lambat sehingga memungkinkan proses pertukaran menjadi lebih efektif.
Pembuluh darah kapiler sendiri terbagi menjadi 2 jenis yaitu :
  • Venule
Pembuluh darah kapiler yang berasal dari vena
  • Arteriol
Pembuluh darah kapiler yang berasal dari arteri.
struktur pembuluh darah
Gambar 2.6 Pembuluh darah


Perbedaan antara arteri dan vena
            Berikut ini adalah tabel perbedaan antara pembuluh arteri dan pembuluh vena, yaitu :
Tabel 2.2 Perbedaan Arteri dan Vena
No
Pembeda
Pembuluh darah arteri
Pembuluh darah vena
1
Dinding pembuluh
Lebih tebal
Lebih tipis
2
Lumen / salran
Sempit
luas
3
Katup
Tidak ada
Ada disepanjang pembuluh, berfungsi untuk mencegah terjadinya arus balik, sehingga arah aliran hanya ke satu arah
4
Aliran darah
Meninggalkan jantung
Menuju jantung
5
Tekanan darah
kuat
lemah
6
Denyutan
Terasa, seirama dengan denyut jantung
Tidak ada

2.1.9.3 Sistem Peredaran Darah
            Sistem peredaran darah manusia merupakan sistem peredaran darah ganda, dikatakan demikian karena darah melintasi jantung sebanyak dua kali. Sistem peredaran darah manusia terbagi menjadi 3 bagian yaitu :
1. Sistem peredaran darah kecil (sistem peredaran darah paru–paru)
            Merupakan sistem peredaran yang membawa darah dari jantung menuju ke paru-paru dan kembali lagi ke jantung. Pada peristiwa ini terjadi difusi gas di paru-paru yang mengubah darah yang banyak mengandung CO2 dari jantung menjadi kaya akan O2 setelah keluar dari paru–paru.
Mekanisme aliran darah adalah sebagai berikut :
Ventrikel kanan jantung --> Arteri pulmonalis --> paru-paru --> vena pulmonalis --> atrium kiri jantung.
2. Sistem peredaran darah besar (sistem peredaran darah sistemik)
            Merupakan sistem peredaran yang membawa darah dari jantung ke seluruh tubuh. Darah yang keluar dari jantung banyak mengandung Oksigen.
Mekanismenya adalah sebagai berikut :
Ventrikel kiri --> aorta --> arteri superior dan inferior --> sel / jaringan tubuh --> vena cava inferior dan superior --> atrium kanan jantung.
3. Sistem peredaran darah portal
            Merupakan sistem peredaran yang menuju ke alat–alat pencernaan, hati, lalu kembali ke jantung. Sebelum kembali ke jantung, pembuluh darah portal berwarna coklat karena banyak mengadung nutrien.
Gambar 2.7 Skema Sistem Peredaran Darah 

2.1.9.4 Penyakit Pada Sistem Peredaran Darah
            Ada beberapa penyakit pada sistem peredaran darah manusia antara lain sebagai berikut :
  1. Anemia
Adalah penyakit kekurangan darah yang umum. Karena kurangnya asupan gizi atau protein yang tidak berimbang dengan aktivitas sehari–hari. Anemia yang dikenal terbagi 2 yaitu :
-          Anemia sel sabit, merupakan penyakit menurun yang tidak dapat diobati.
-          Anemia Perniosa, diakibatkan oleh rendahnya eritrosit karena kekurangan vitamin B12.
  1. Talasemia, adalah kondisi dimana sel darah merah abnormal, umur sel darah merah lebih pendek, dan harus disuplai secara rutin dengan transfusi darah.
  2. Haemofili, adalah penyakit dimana kondisi darah penderita sulit/ tidak bisa membeku. Kondisi ini dapat dibawa dari keturunan.
  3. Varises, adalah pelebaran pembuluh vena .
  4. Atherosklerosis, adalah penyumbatan pembuluh darah oleh lemak.
  5. Arteriosklerosis, adalah penyumbatan pembuluh darah oleh zat kapur.
  6. Leukopeni, adalah kondisi dimana jumlah sel darah putih kurang dari normal.

2.1.9.5 Golongan Darah
            Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Dengan kata lain, golongan darah ditentukan oleh jumlah zat (kemudian disebut dengan antigen) yang terkandung di dalam sel darah merah.
            Golongan darah ditemukan oleh ahli imunologi atau ilmuwan asal Austria yaitu : Dr. Karl Landsteiner. Golongan darah manusia dikelompokkan atas 3 macam (dikenal dengan sistem ABO pada tahun 1900) berdasarkan perbedaan antigen (aglutinogen) dan antibodi (aglutinin), dengan melakukan percobaan sederhana dari para donor.
Kemudian Alfred Von Decastello dan Adriano Sturli yang masih kolega dari Landsteiner menemukan golongan darah AB pada tahun 1901. Mereka menemukan kedua antigen AB ditemukan secara bersamaan pada sel darah merah, sedangkan pada serum tidak ditemukan antibodi.
            Berdasarkan penemuan mereka, maka ditetapkan 4 macam golongan darah yaitu :
  1. Golongan darah A
Dalam eritrosit mengandung aglutinogen A dan dalam plasma darah mengandung aglutinin B.

  1. Golongan darah B
Dalam eritrosit mengandung aglutinogen B dan dalam plasma darah mengandung aglutinin A.
Gambar 2.8 Golongan Darah
(http://www.wikimu.com/Images/wikimulinklogo.gif)
  1. Golongan darah AB
Dalam eritrosit mengandung aglutinogen A dan B, namun dalam plasma darah tidak mengandung aglutinin.
  1. Golongan darah O
Dalam eritrosit tidak mengandung aglutinogen, tetapi dalam plasma darah mengandung aglutinin A dan B.
            (http://www.wikimu.com/golongan_darah_manusia)

2.1.9.6 Transfusi Darah
            Transfusi darah merupakan proses menyalurkan darah atau produk berbasis darah dari satu orang ke orang lain. Proses transfusi darah berhubungan dengan kondisi medis seperti kehilangan darah dalam jumlah besar, disebabkan oleh trauma, operasi, syok, ataupun kejadian dalam kondisi tertentu.
            Singkatnya berdasarkan panduan dari apa yang telah dilakukan oleh Karl Landsteiner pada tahun 1907 sejarah mencatat kesuksesan transfusi darah pertama yang dilakukan oleh Dr. Reuben Ottenberg di Mt. Sinai Hospital, New York.
            Berkat keahlian Landsteiner pula banyak nyawa dapat diselamatkan dari kematian saat terjadi Perang Dunia I, dimana transfusi darah dalam skala lebih besar mulai dilakukan.Kemudian Karl Landsteiner memperoleh penghargaan nobel dalam bidang Fisiologi dan Kedokteran pada tahun 1930 untuk jasanya menemukan cara penggolongan darah ABO.
            Dalam transfusi darah, kecocokan antara donor (penyumbang) dan resipien (penerima) adalah sangat penting. Donor dan resipien harus sesuai golonganya berdasarkan sistem ABO dan Rhesus faktor. Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang dapat mengakibatkan anemia, haemolisis, gagal ginjal, syok dan kematian.
            Pemilik Rhesus Negatif (-) tidak boleh ditransfusi dengan darah rhesus positif (+), jika dua jenis golongan darah ini saling bertemu dipastikan akan terjadi perang. Sistem pertahanan tubuh resipien (penerima donor) akan menganggap rhesus dari donor itu sebagai benda asing yang perlu dilawan. Di dunia, pemilik darah rhesus negatif termasuk minoritas.
Berikut adalah tabel kecocokan golongan darah berdasarkan rhesus :
Tabel 2.3 Kecocokan Golongan Darah
Gol Darah Resipien
Donor harus
AB+
Golongan darah mana pun
AB-
O-
A-
B-
AB-
A+
O-
O+
A-
A+
A-
O-
A+


B+
O-
O+
B-
B+
B-
O-
B-


O+
O-
O+


O-
O-




2.1.9.7 Tekanan Darah dan Denyut Jantung
            Terdapat 2 macam tekanan darah manusia yaitu :
  1. Sistole
Adalah peristiwa menguncupnya bilik dan darah keluar dari jantung (jantung berkontraksi). Pada orang normal tekanan darahnya berkisar 120 mm Hg
  1. Diastole
Adalah peristiwa mengembangnya bilik jantung dan darah masuk ke jantung (jantung berelaksasi). Pada orang normal tekanannya 80 mm Hg.
Alat pengukur tekanan darah disebut Sphigmomanometer.
Gambar 2.9 Sphigmomanometer
(http://www.wikimu.com/Images/wikimulinklogo.gif)
Sedangkan alat untuk mengukur denyut jantung adalah Sthetoschope yang umum digunakan di dunia kedokteran.

2.1.10 Kerangka Konseptual
Konsep atau pengertian merupakan definisi dan kelompok fakta. Gejala-gejala yang diulas guna menghindari penafsiran-penafsiran yang berbeda-beda terhadap masalah dalam penelitian ini,maka dibuatlah kerangka  konseptual.
Adapun kerangka konseptual tersebut adalah sebagai berikut :
a.       Perbedaan adalah upaya komparasi atau melihat mana yang lebih baik antara penggunaan satu media dengan media lain dalam mengajarkan satu materi pokok ditinjau dari segi pencapaian tujuan pembelajaran.
b.      Hasil belajar adalah  kemampuan yang dicapai siswa setelah proses belajar mengajar.
c.       Media peta konsep dan media audio-visual adalah cara belajar dengan menggunakan alat penghubung .
d.      Sub materi pokok sistem peredaran darah manusia merupakan satu bagian dari materi pokok yang diajarkan kepada siswa SMA kelas XI semester II Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan KTSP.

2.1.11  Hipotesis
2.3.1. Hipotesis Penelitian
2.3.1.1. Ho: Tidak ada perbedaan hasil belajar siswa biologi yang diajarkan menggunakan media peta konsep dengan media audio-visual pada sub materi pokok sistem peredaran darah manusia di kelas XI SMA Negeri 2 Medan T.P. 2008/2009.
2.3.1.2. Ha: Ada perbedaan hasil belajar siswa biologi yang diajarkan menggunakan media peta konsep dengan media audio-visual pada sub materi pokok sistem peredaran darah manusia di kelas XI SMA Negeri 2 Medan T.P. 2008/2009.
2.3.2.  Hipotesis Statistik
2.4.2.1. Ho: `x1    =`x2
2.4.2.2. Ha: `x1    `x2    
 `x1        =  Rata-rata hasil belajar siswa yang diajar menggunakan media peta
                  konsep.
    x2         = Rata-rata hasil belajar siswa yang diajar menggunakan media audio-
      visual.



BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.1.1.Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah SMA N 2 Medan Tahun Pembelajaran 2009/2010.
3.1.2.Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan dalam melaksanakan penelitian ini adalah pada bulan April – Oktober 2009.

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian
3.2.1. Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan sumber data dari objek kegiatan penelitian. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA N 2 Medan, yang terdiri dari delapan kelas dengan rincian kelas XI IPA-1 sebanyak 48 orang, kelas XI IPA-2 sebanyak 48 orang, kelas XI IPA-3 sebanyak 47 orang, kelas XI IPA-4 sebanyak 49 orang, kelas XI IPA-5 sebanyak 49 orang, kelas XI IPA-6 sebanyak 45 orang, kelas XI IPA-7 sebanyak 40 orang dan kelas XI IPA-8 sebanyak 40 orang. Maka jumlah populasi keseluruhannya adalah 366 orang siswa.
3.2.2. Sampel
Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan secara purporsif sampling, yaitu dengan cara melihat kelas yang seragam tingkat kepintaranya berdasarkan keterangan guru biologi yang mengajar dikelas tersebut diantara delapan kelas yang ada. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua kelas dari delapan kelas yaitu kelas XI IPA-7 yang berjumlah 49 orang dan XI IPA-8 yang berjumlah 49 orang.


3.3. Variabel  Penelitian
            3.3.1.Variabel Bebas
Yang menjadi variabel bebas  dalam penelitian ini adalah pengajaran  dengan media peta konsep dan media audio-visual.   
3.3.2. Variabel Terikat
Yang menjadi variabel terikat dalam penelitian adalah hasil belajar yang  diperoleh siswa.
3.4. Rancangan Penelitian.
            Adapun rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperti yang tampak pada table berikut ini.:
Tabel.3.1. Rancangan Penelitian
Kelas
Tes awal
Perlakuan
Tes Akhir
XI IPA-7 (Peta Konsep)
XI IPA-8 (Audio-Visual)
Y 1
Y 1
T 1
T 2
Y 2
Y 2

Keterangan :
Y 1      =  Tes kemampuan awal (pre tes)
Y 2      =  Tes setelah adanya perlakuan  (pos tes)
T 1       =  Pengajaran dengan penerapan media peta konsep
T 2       =  Pengajaran dengan penerapan media audio-visual
3.5. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Komputer ( laptop )
2. Kase            t CD berisi Materi Pembelajaran.
3. Liquid Crystal Display ( LCD )
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Buku pegangan penuntun Biologi penerbit Grafindo Media Pratama 2006.
3.6.  Langkah- Langkah Penelitian
            Langkah - langkah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
            1.  Tahap Persiapan.
                        1.1.  Penyusunan jadwal penelitian
                        1.2.  Membuat Rancangan Progam Pengajaran.
                        1.3.  Menyusun soal sebagai alat pengumpul data.
            2.  Tahap Pelaksanaan.
                        2.1.  Menentukan kelas-kelas sampel dari populasi yang ada.
                        2.2.  Melaksanakan proses belajar mengajar.
                        2.3.  Memberikan tes akhir.
3.7.  Prosedur Pelaksanaan Penelitian
            Prosedur penelitian ini pelaksanaannya dilakukan tiga tahapan, yaitu:
1.  Tahap Pertama : Memberikan tes kemampuan Awal (pre tes) dengan   
     bentuk tes objektif tes.
2.  Memberikan pengajaran dengan menggunakan media peta konsep pada
     kelas XI  IPA-7 dan  pada kelas XI IPA-8 dengan menerapkan
     penggunaan media audio-visual.
            3.  Memberikan tes akhir dalam bentuk objektif tes pada siswa yang telah
                 melaksanakan pembelajaran baik dengan penerapan peta konsep
     maupun dengan penerapan media audio-visual.
3.8.  Alat Pengumpulan Data
            Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian adalah tes obyektif yang berjumlah 40 soal dalam bentuk pilihan berganda dengan jumlah pilihan lima butir. Dengan ketentuan jika benar mendapat nilai 1, dan jika salah diberi nilai 0. Sebelum instrumen digunakan ke kelas eksperimen, peneliti terlebih dahulu menguji tes tersebut ke sekolah lain, guna mengetahui validitas tes, reliabilitas, tingkat kesukaran soal dan daya pembeda soal.
3.7.1. Validitas Tes
            Validitas tes adalah sebuah tes yang mempunyai hubungan besar terhadap skor total. Untuk mengetahui validitas suatu tes, validitas tes yang dilakukan adalah validitas isi (content validity). Sebuah tes dikatakan mempunyai validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi sehingga digunakan rumus Korelasi Product Moment sebagai berikut :
            rxy =       ( Arikunto, 2006 )
Keterangan:
rxy      = Koefisien validitas tes
X     = Skor butir soal
Y     = Skor total butir soal
N   = Jumlah seluruh siswa yang mengikuti tes (sampel)
            untuk menafsir keberartian harga validitas tiap soal maka harga tersebut dikonsultasikan ke tabel harga kritik r produk moment dengan kriteria rhitung > rtabel untuk taraf nyata α= 0,05 maka korelasi tersebut dikatakan valid.

3.7.2. Reabilitas tes
            Untuk mengetahui reabilitas tes dalam penelitian ini, digunakan rumus sebagai berikut:
            R11 =                                (Arikunto,2006)

Keterangan :
         r11        = Reliabilitas tes secara keseluruhan
         p          = Proporsi subjek yang menjawab soal dengan benar
         q          = Proporsi subjek yang menjawab soal dengan salah
                         (q=1-p)
         ∑pq     = Jumlah hasil perkalian antara p dan q
         n          = Banyaknya soal
         S          = Standar deviasi dari tes
Kemudian untuk menginterpretasikan kriteria reliabilitas suatu tes sebagai berikut :
r11 = 0,81 – 1,00 berarti reliabilitas tes sangat tinggi
r11 = 0,61 – 0,80 berarti relliabilitas tes tinggi
r11 = 0,41 – 0,60 berarti reliabilitas tes sedang
r11 = 0,21 – 0,40 berarti relibialitas tes rendah
r11 = 0,0 – 0,20 berarti reliabilitas tes sangat rendah

3.7.3. Tingkat Kesukaran
            Rumus yang digunakan untuk menentukan tingkat kesukaran test adalah :
            P =            (Arikunto, 2006)
Keterangan :
P  =  Indeks kesukaran
B  =  Banyak siswa yang menjawab dengan benar.
JS =  Jumlah seluruh peserta tes
     Untuk menafsirkan harga tarif kesukaran, maka harga tersebut dikonsultasikan dengan tabel harga (α = 0,05). Untuk mengartikan angka taraf kesukaran item digunakan kriteria (Arikunto, 2003), yaitu :
         P = 0,00 – 0,30 dikategorikan soal sukar
         P = 0,31 – 0,70 dikategorikan soal sedang
         P = 0,71 – 1,00 dikategorikan soal mudah

3.7.4. Daya Beda
Untuk menentukan daya beda item soal, digunakan rumus sebagai berikut:
            D =             (Arikunto,2006)

Keterangan :
D   =    Daya beda
JA  =   Banyaknya  peserta kelompok atas
JB  =   Banyaknya  peserta kelompok bawah
BA =  Banyaknya  peserta kelompok atas menjawab benar
BB =  Banyaknya  peserta kelompok bawah menjawab benar
Dengan kriteria:
D = 0,00-0,20 : kurang
D = 0,21-0,40 : cukup
D = 0,41-0,70 : baik
D = 0,71-1,00 : sangat baik

3.9.  Analisis dan Pengelolahan Data
            Pengujian Persyaratan Analisis Data
Adapun persyaratan analisis data yang digunakan adalah uji normalitas dan uji homogenitas. Untuk uji normalitas menggunakan uji Liliefors, sedangkan untuk uji homogenitas menggunakan uji Bartlett.
1. Uji normalitas
Untuk mengetahui normal atau tidaknya data penelitian tiap variabel penelitiaan digunakan uji Liliefors. Langkah-langkah uji Liliefors sebagai berikut :
a.         Pengamatan X1,X2,X3………………Xn disajikan angka Z1,Z2,Z3……..Zn dengan rumus :
Zi =
( X dan S masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku dari sampel).
b.         untuk tiap bilangan ini menggunakan daftar distribusi normal baku kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z<Z1)
c.         Selanjutnya dihitung proporsi Z1,Z2………Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi, jika proporsi ini dinyatakan dengan S (Zi) maka :
S ( Zi ) =
d.        Menghitung selisih F (Zi) – S (Zi) kemudian menentukan harga mutlaknya yang dinyatakan dengan Lo.
e.         Mengambil harga yang paling besar diantara harga mutlak selisih tersebut. Harga terbesar disebut Lo. Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, kita bandingkan Lo ini dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar nilai kritis L untuk uji Liliefors. Kriteria penelitian adalah :
1.      Jika Lo < Ltabel maka data distribusi normal
2.      Jika Lo > Ltabel maka data tidak distribusi normal

2. Uji homogenitas
                        Uji homogenitas ini digunakan untuk menguji apakah kedua data tersebut homogen yaitu dengan membandingkan kedua variansnya. Pengujian homogenitas dapat dilakukan apabila kedua datanya telah terbukti berdistribusi normal dengan cara uji kesamaan dua varians (Usman, 2006). Dalam hal ini pengujian dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
      (1)  Cari Fhitung dengan menggunakan rumus :
                    
      (2)  Tetapkan taraf signifikansi (α)
      (3)  Hitung Ftabel dengan rumus :
            Ftabel = F1/2α (dk varians terbesar -1, dk varians terkecil -1 )
      (4)  Tentukan kriteria pengujian Ho yaitu :
            Jika Fhitung ≤ Ftabel, maka Ho diterima (homogen)
      (5) Bandingkan Fhitung ≤ Ftabel
        (6)  Buatlah kesimpulannya




4. Uji hipotesis
     Untuk menganalisis data dalam menguji hipotesis dari eksperimen yang menggunakan kelas eksperimen dan kelas kontrol digunakan rumus sebagai berikut :

            dimana :
                                (Usman, 2006)
            ttabel dengan pengujian satu pihak yaitu pihak kanan dimana :
                     dk = n1 + n2 – 2
            dengan kriteria pengujian yaitu :
                                    thitung > ttabel, maka H0 ditolak


Tabel 3.2 KISI – KISI SOAL TEST

No
Indikator
Ranah Kognitif
Jumlah
C1
C2
C3
C4
C5
C6
1.




Menjelaskan hubungan antara berbagai komponen darah dan fungsinya

22,31,
25,27, 6, 30,
16,21
5,9
26,34
24,
13 soal
2.


Membuat skema proses pembekuan darah



12,13
3

23
4 soal
3.



Menjelaskan hubungan bagian-bagian jantung dan fungsinya


1,7
15
8, 19,


5 soal
4.



Menjelaskan hubungan struktur pembuluh darah dan fungsinya

18,
35,
20,



3 soal
5.



Menggambarkan lintasan peredaran darah pada manusia


14,10,17




3 soal
6.




Mendiskripsikan gangguan/penyakit yang terjadi pada sistem peredaran darah manusia

2,4,32,33
11, 28,29,




7 soal
7.
Membandingkan sistem sirkulasi pada hewan-hewan vertebrata

40,
37,38,39,

36,

5 soal
JUMLAH
40 soal


KET :
C1 = Pengetahuan                 C3 = Penerapan                    C5 = Sintesis
C2 = Pemahaman                  C4 = Analisis                          C6 = Evaluasi






Download Modul Latihan Peserta Olimpiade Biologi dan Modul Tambahan Lainnya